STKIP menjadi embrio budaya menulsi di kalangan mahasiswa pergurun tinggi Subang. Setidaknya ini dilihat dari karya tulis mahasiswanya yang sudah dipublikasikan dalam bentuk buku.
Harapan geliat budaya menulis di kalangan mahasiswa digelorakan anak-anak STKIP. Dalam buku Kerikil Harapan, dari sembiln penulis, hanya dua penulis yang berasal dari luar STKIP. Sisanya dari mahasiswa dan lulusan STKIP.
"Karya ilmiah itu penting bagi mahasiswa dan dosen. Mau bagus atu jelek hasilnya itu karya sendiri," kata Ketua STKJ(IP_ Dr Asep Priatna saat membuka launching bhuku Kerikil Harapan karya Teguh Deni Al-Jabar dkk.
Menurut Asep, budaya mendupliksi karya tulis harus
mulai ditinggalkan. Namun begitu, untuk kepentingn referensi, melihat
karya orng lain bukan sesuatu yang haram. "Boleh melihat puunya orang
lain. Tapi untuk referensi, bukan ditiru semuanya," imbuhnya.
Terbitnya buku Kerikil Harapan karya mahasiswanya, Asep berharap menjadi inspirasi. Baik dari sisi isinya maupun budaya menulis karya ilmiah. "Saya berharap ini menjadi inspirasi dan menguatkan harapan, karenna hidup tidak selamanya indah," katanya
Buku Kerikil Harapan ditulis oleh sembilan penulis. Dalam proses penulisan, mereka membutuhkan waktu dua bulan. Kalimat yang mudh difahami dan mengalirt, membuat pembaca mudh mencerna dn mengambil intisari dri isi buku tersebut. Buku yng didekiasikan untuk kalangan remaja ini perlu dan dan penting dibaca, mengingat di beberpaa bab memotret dunia remaja yang dihantuio dan dihadpkan putus-asaan
"Penekananya pada pencapaian mimpi, mimpi harus diperjuangkan, bukan hanya ditulis atau diucapkan. Sehitam apapun masa lalu kita, kita masih memiliki harapan untuk bangkit, sepanjang ada kemaun dan berani berproses," kata penulis buku, Teguh Deni Al-Jabar
Bagui Teguh, buku Kerikil Harapan adalah buku keduanya. Sebelumnya dia sudah menelorkan buku Penerang Bangsa. "Buku kedua ini lahir dari obrolan Komunitas ngampar emperan. Hmp;ir keseluruhnnya memotret relitas hidup, khususnya di ikalangan remaja," pungkasnya. TH
Terbitnya buku Kerikil Harapan karya mahasiswanya, Asep berharap menjadi inspirasi. Baik dari sisi isinya maupun budaya menulis karya ilmiah. "Saya berharap ini menjadi inspirasi dan menguatkan harapan, karenna hidup tidak selamanya indah," katanya
Buku Kerikil Harapan ditulis oleh sembilan penulis. Dalam proses penulisan, mereka membutuhkan waktu dua bulan. Kalimat yang mudh difahami dan mengalirt, membuat pembaca mudh mencerna dn mengambil intisari dri isi buku tersebut. Buku yng didekiasikan untuk kalangan remaja ini perlu dan dan penting dibaca, mengingat di beberpaa bab memotret dunia remaja yang dihantuio dan dihadpkan putus-asaan
"Penekananya pada pencapaian mimpi, mimpi harus diperjuangkan, bukan hanya ditulis atau diucapkan. Sehitam apapun masa lalu kita, kita masih memiliki harapan untuk bangkit, sepanjang ada kemaun dan berani berproses," kata penulis buku, Teguh Deni Al-Jabar
Bagui Teguh, buku Kerikil Harapan adalah buku keduanya. Sebelumnya dia sudah menelorkan buku Penerang Bangsa. "Buku kedua ini lahir dari obrolan Komunitas ngampar emperan. Hmp;ir keseluruhnnya memotret relitas hidup, khususnya di ikalangan remaja," pungkasnya. TH
0 Response to "Telorkan Buku 'Kerikil Harapan', Mahasiswa STKIP Subang Pelopori Budaya Menulis "
Post a Comment